Wahai kawan, mari kirim doa bersama untuk saudara-saudara kita di Palestina. Derita mereka derita kita semua. Sertakan doa untuk mereka dalam setiap solat kita. Allah maha mendengar!
Subuh ramadhan dengan cuaca cerah seperti selalu. Matahari bersinar terang menguapkan embun, menyegarkan. Di belahan bumi lain subuh telah terbunuh, terbakar hangus api kejamnya Zionis. Bara api menguapkan darah-darah para syuhada, menyesakkan dada. Di sini tempat saudara-saudara kita di bantai tak berperikemanusiaan.
Sore hari ketika kita sibuk menyiapkan menu berbuka, berburu kuliner, mengatur tempat berbuka bersama di rumah-rumah makan mewah, lesehan-lesehan terkenal, ceria dengan sanak family menunggu bedug azan maghrib, sedang mereka di sana berlarian berhaburan ketakutan di antara desingan peluru memburu, percikan bom, reruntuhan bangunan dan mayat saudaranya yang berserakan. Yang terdengar hanya genderang perang.
Anak-anak kita bersuka ria main kembang api, petasan bersahut-sahutan. Meriah. Sedang anak-anak di sana ‘berkembang apikan’ percikan rudal, ‘berpetasan’ ledakan bom. Merah darah.
Dalam masjid-masjid megah ---jemaah makin ogah--- kita bisa dengan lancar menjalankan ibadah, sedang masjid tempat ibadah, rumah dan sekolah mereka diratakan dengan tanah.. Di kala kita menangis bahagia menyambut saudara yang jauh pulang kampung untuk kembali bersama, sedang mereka di sana menangis sedih yang mendalam melihat saudara mereka pergi jauh untuk selamanya.
Anak-anak muda kita sibuk meratap sedih tak tertanggungkan di dinding facebook, ditinggal kekasih, cinta ditolak tanpa rasa malu dunia tahu. Sedang anak muda di sana angkat senjata sampai badan remuk, meninggalkan orang yang dikasihi untuk sebuah cinta yang haaq, biar dunia tahu!
Media sibuk ‘Quick Count’: mesin pencipta suara yang berbeda. Oh berhentilah sejenak. Bukankah pemimpin itu sudah tertulis di kitab Lauhul Mahfuzh? Begitu kata para ‘Ulamaa. Wahai presiden kami yang baru, maukah kau Quick Count berapa korban saudara-saudara tak berdosa kami di sana?
Ironis!
By : [email protected]
Subuh ramadhan dengan cuaca cerah seperti selalu. Matahari bersinar terang menguapkan embun, menyegarkan. Di belahan bumi lain subuh telah terbunuh, terbakar hangus api kejamnya Zionis. Bara api menguapkan darah-darah para syuhada, menyesakkan dada. Di sini tempat saudara-saudara kita di bantai tak berperikemanusiaan.
Sore hari ketika kita sibuk menyiapkan menu berbuka, berburu kuliner, mengatur tempat berbuka bersama di rumah-rumah makan mewah, lesehan-lesehan terkenal, ceria dengan sanak family menunggu bedug azan maghrib, sedang mereka di sana berlarian berhaburan ketakutan di antara desingan peluru memburu, percikan bom, reruntuhan bangunan dan mayat saudaranya yang berserakan. Yang terdengar hanya genderang perang.
Anak-anak kita bersuka ria main kembang api, petasan bersahut-sahutan. Meriah. Sedang anak-anak di sana ‘berkembang apikan’ percikan rudal, ‘berpetasan’ ledakan bom. Merah darah.
Dalam masjid-masjid megah ---jemaah makin ogah--- kita bisa dengan lancar menjalankan ibadah, sedang masjid tempat ibadah, rumah dan sekolah mereka diratakan dengan tanah.. Di kala kita menangis bahagia menyambut saudara yang jauh pulang kampung untuk kembali bersama, sedang mereka di sana menangis sedih yang mendalam melihat saudara mereka pergi jauh untuk selamanya.
Anak-anak muda kita sibuk meratap sedih tak tertanggungkan di dinding facebook, ditinggal kekasih, cinta ditolak tanpa rasa malu dunia tahu. Sedang anak muda di sana angkat senjata sampai badan remuk, meninggalkan orang yang dikasihi untuk sebuah cinta yang haaq, biar dunia tahu!
Media sibuk ‘Quick Count’: mesin pencipta suara yang berbeda. Oh berhentilah sejenak. Bukankah pemimpin itu sudah tertulis di kitab Lauhul Mahfuzh? Begitu kata para ‘Ulamaa. Wahai presiden kami yang baru, maukah kau Quick Count berapa korban saudara-saudara tak berdosa kami di sana?
Ironis!
By : [email protected]